Renungan

Thursday, January 21, 2010

Shohih & Dhoif


Sumber : http://bahrusshofa.blogspot.com/

Kekadang seseorang itu disibukkan dengan perkara-perkara yang menjadi urusan dan bahasannya para ulama. Mereka mencampuri urusan tersebut dengan penuh bersemangat sehingga larut dalam bahasannya yang berkesudahan dengan ilmu itu hanya tinggal ilmu tanpa disertai amal. Berbahas mengalahkan ulama, tetapi amalannya tidak pulak seperti amalannya para ulama... Allahu ... Allah. Inilah penyakit yang menimpa umat sekarang. Misalan, ada yang bertarawih 8 rakaat serta memfatwakan hanya bilangan tersebut sebagai sunnah, maka berterawihlah dia dengan penuh perasan telah mengikut sunnah 100%, sedangkan jika dibandingkan 8 yang dilakukan itu tak setara pun dengan setengah rakaat yang dikerjakan Junjungan Nabi SAW. Tapi ada hati nak berlagak kononnya dah 100% ikut sunnah dan amalan orang lain semua bid`ah. Inilah antara penyakit yang menimpa masyarakat hari ini.

Mari kita sama - sama merenungi kata-kata almarhum Ustaz Syed Ahmad Semait rahimahUllah dalam pra kata buku "al-Jawharul Mawhub wa Munabbihatul Qulub - Bingkisan Mutiara Untuk menghidupkan Hati Yang Merana".
"Cuma kebanyakan hadis - hadisnya yang diselitkan di dalam buku ini tidak pula disebutkan sanad - sanadnya yang mungkin akan menarik kemusykilan bagi generasi zaman sekarang yang sibuk dengan masalah sanad dan tingkatan hadis itu sebagai sahih, hasan, muttafaq - alaih ataupun dha`if dan maudhu' dan sebagainya sehingga kadang - kadang mereka tercicir tidak sampai ke mana pun, dan akhirnya tiada apa yang dapat diamalkan sehingga menjadi rugi selama-lamanya.

Saya lebih menarik dengan ramai para ulama yang sudah pun memberikan pandangannya kepada jenis-jenis hadis - hadis seperti ini serta memutuskan bahawa dalam fadhailul a'maal, yakni kerja-kerja kebaktian kepada Allah ta`ala dan amalan-amalan saleh yang dimaksudkan buat bekalan akhirat, jangan sampai terlalu disibukkan dengan persoalan sanad dan tingkatan hadis. Kita juga punya akal untuk memikirkan kalau-kalau hadis itu munkar atau tidak betul dari yang betul dan yang kuat di samping yang lemah dan sebagainya, malahan yang patutnya kita utamakan apa yang dianjurkan dalam hadis-hadis itu untuk kita amalkan supaya kita dapat manfaatnya dan pahalanya sebagai bekalan di belakang hari. Bukankah kita boleh faham, kalau apa yang dianjurkan itu baik buat diri kita di hadapan Allah ta`ala dan RasulNya. Kalau sudah sibuk - sibuk sangat dengan bid`ahnya atau maudhu'nya atau munkarnya, atau ini betul dan ini tidak betul, tentu akhirnya tidak ada apa yang dapat kita buat dan kantung kita pun kosong bila kita kembali kepada Allah ta`ala, yidak ada suatu yang dapat kita amalkan, wallahu - a'lam."
Pasti apa yang dimaksudkan oleh yang mulia Habib tersebut bukanlah meremehkan ilmu hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Tetapi biarlah urusan tersebut diserahkan kepada mereka-mereka yang benar-benar mahir dan menguasainya, bukan hanya orang-orang yang cuma mencuri-curi hadits dari kutubnya para muhadditsin.

No comments:

Post a Comment