Renungan

Thursday, February 3, 2011

Renungan Mukaddimah Syaikh Prof Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buti pada kitabnya Alla Mazhabiyyatu.

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan empunya sekalian Alam, Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT ke atas junjungan kita Sayyidina Nabi Muhammad SAW (Ya Allah tempatkan baginda di tempat yang terpuji sepertimana yang Kau janjikan Amin) Beserta Ahlulbayt dan Para Sahabat R.anhum yang mulia lagi mengerah keringat menyebarkan Islam yang tercinta. Dan kepada mereka yang mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari kiamat...Ya Allah Ampuni kami, Rahmati Kami, Kasihani Kami ...Amin

Amma Ba'du,

Kali ini faqir mahu berkongsi dengan saudara/i yang dikasihi sekalian akan faedah yang didapati pada Mukaddimah Syaikh Prof. Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buti HafizahUllah di dalam kitab beliau Alla Mazhabiyyatu Bid'atin Tuhaddidu Asy-Syarii'ata Al-Islamiyyah. Kitab tersebut telah diterjemahkan oleh Al-Fadhil Kiyai Haji Abdullah Zaki Al-Kaaf, terbitan Pustaka Setia dengan judul Bahaya Bebas Mazhab Dalam Keagungan Syariat Islam. Mukaddimah Syaikh yang mulia ini menjelaskan kepada kita keadaan sebenar yang berlaku pada Islam masa kini di mana telah muncul segolongan manusia yang mencampakkan keraguan kepada orang awam untuk berpegang kepada salah satu dari mazhab Islam yang muktabar. Semoga ada manfaatnya, InsyaAllah :

Segala puji dan syukur bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Salawat dan salam Allah semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita semua, Nabi Agung Muhammad SAW yang telah diutus-Nya untuk membawa syariat yang menjamin kebahagiaan makhluk di dunia dan akhirat. Juga kepada segenap para keluarga serta para sahabatnya.

Amma Ba'du,

Sesungguhnya kami sangat berharap mendapatkan kesempatan untuk menulis buku ini. Sudah lamai kami ingin terlepas dari berbagai kesibukan apapun untuk menekuni dan mempelajari keadaan umat Islam yang dewasa ini sedang kejangkitan virus penyakit yang sangat membahayakan dan sudah meresap ke dalam jiwa mereka sehingga mereka kehilangan segala-galanya, berpecah belah, dan terhina. Apabila dalam waktu dekat , mereka tidak sanggup menolong dirinya, penyakit ini akan terus bermaharajalela dan menghancurkan mereka.

Sudah lama pula kami menginginkan untuk tidak menyibukkan diri dengan urusan kecil yang semestinya tidak perlu dipermasalahkan sehingga lalai menangani masalah yang sangat penting ini. Akan tetapi, apa yang harus Anda perbuat bila pada saat akan menangani masalah yang berat ini, tiba-tiba datang kepada Anda orang yang mempersoalkan masalah yang semestinya tidak perlu dipersoalkan dan bahkan mengganjal usaha Anda dikeranakan masalah-masalah tersebut sudah berubah menjadi masalah yang selalu diperdebatkan dan patut pula dibahas serta dipelajari ?

Apa yang akan Anda lakukan bila ketika Anda akan menuju ke poliklinik untuk menyelamatkan jiwa seseorang yang sedang berlumuran darah dan tubuhnya lemah kerana banyaknya darah yang keluar, kemudian datang orang lain yang berusaha membawanya ke pemandian untuk membersihkan darahnya lalu membawanya ke tempat perawatan kecantikan ? Apakah Anda dapat melihat jalan lain untuk menyelamatkan jiwa orang tersebut selain merebutnya dari tangan si gila tadi dan segera membawanya ke doktor ?

Sesungguhnya musibah yang dihadapi oleh umat Islam sekarang ini ialah adanya penyimpangan pola fikiran, kekurangan moral, dan penyelewengan ideologi ! Segenap penulis dan para pemikir Islam semstinya harus menengani tiga masalah ini. Akan tetapi , kita menemui kesulitan untuk menanganinya kerana dihadapkan pada masalah lain yang tidak mungkin dibiarkan berlarutan sehingga menimbulkan bencana baru yang cukup berat lagi rumit.

Kita tidak mungkin meluruskan kepincangan-kepincangan yang ada baik dari segi moral , etika, dan keimanan kalau masih terhalang oleh masalah lain yang cukup membingungkan mereka, yaitu masalah "taqlid kepada imam-imam itu adalah kufur, bermazhab kepada salah satu mazhab adalah sesat kerana menganggap imam mazhab tersebut sebagai Tuhan selain Allah."

Bagi seorang Muslim yang baru sahaja masuk Islam, setelah memperhatikan slogan kufur, sesat, dan semacamnya ditujukan kepada Kaum Muslimin, bahkan kepada Imam-Imam mereka, padahal dia tertarik kepada Islam disebabkan mereka, maka dia akan beranggapan bahawa lembaran sejarah kaum Muslimin hanya berisi orang-orang murtad, orang-orang sesat, dan orang-orang yang menyeleweng dari kebenaran. Oleh kerana itu, ia akan berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu taqlid kepada Imam-Imam Mazhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali), dan mencuba memahami syariat Islam langsung dari sua sumbernya, yaitu Al-Quran Al-Karim dan Al-Hadis Al-Syarif, tetapi ia menemui kesulitan juga dan tetap dalam kebingungan.

Sesungguhnya kejadian yang kami kemukakan di atas bukanlah lamunan kosong, tetapi benar-benar kenyataan yang terjadi, yang kami saksikan sendiri dengan mata kepala kami.

Perlu kami sampaikan bahawa seorang Mahasiswa Fakulti Sastera di Universiti Damaskus telah menghadap kepada kami. Dia bercerita bahawa ia baru masuk Islam dan sudah melakukan ibadah menurut Mazhab Syafi'i kerana Fiqih Syafi'i itulah yang baru dipelajarinya sedikit-sedikit. Kemudian dia menemukan satu risalah yang berisi penjelasan bahawa seseorang muslim tidak diperbolehkan menetapi satu mazhab tertentu dari mazhab Empat dan barang siapa yang melakukan hal yang demikian, dia menjadi Kafir dan tersesat dari garis ajaran Islam, serta dia wajib mengambil Hukum Islam langsung dari Kitab dan Sunnah. Lalu mahasiswa tersebut menyatakan bahawa dia kurang mampu membaca Al-Quran menurut ketentuan ilmu qira'ah yang tepat untuk memahami arti dan hukum-hukum Islam yang terkandung di dalamnya. Apakah yang harus dia perbuat ?

Demikian pertanyaan mahasiswa tersebut.

Jawapan apa yang harus kami berikan kepadanya atas pertanyaannya itu ? Apakah kami harus mengatakan kepadanya bahawa kami sedang sibuk menangani masalah-masalah besar yang menyangkut kepentingan Kaum Muslimin sehingga tidak patut menangani soal-soal kecil seperti yang dipertanyakan olehnya tadi ?

Kemudian, apakah hanya dia sahaja yang mengalami kesulitan ini sehingga untuk menunjukkan jalan yang benar cukup dengan menatap muka dan memberikan penjelasan langsung kepadanya tanpa menimbulkan kesulitan yang baru bagi masyarakat yang luas ?

Ternyata apa yang dialami oleh mahasiswa tadi menyangkut ratusan bahkan ribuan orang. Lantaran Kitab yang ditulis Syaikh Khajandi , mereka jadi bingung dan ragu-ragu tentang permsalahannya dan keislaman mereka. Mengingat hal tersebut , tidak ada jalan lain, kecuali membahas masalah ini secara terbuka dan juga harus menganggapnya sebagai sebahagian persoalan besar yang mesti diselesaikan. Demikian kehendak orang-orang itu, dan mereka pun mengkehendaki kami juga berbuat demikian.

Sesungguhnya pantas untuk disesalkan kalau kami terpaksa terjun langsung mambicarakan masalah masalah yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan. Kaum Muslimin sejak dahulu hingga sekarang cukup mengetahui dengan gamblang lagi jelas bahawa manusia tebahagi dua yaitu :

1) Mujtahid, yakni orang yang melakukan Ijtihad.

2) Muqallid, yakni orang yang taqlid. Bagi seorang muqallid diperbolehkan mengikuti salah seorang mujtahid dan menetapi selama-lamanya tanpa berpindah pada Imam yang lain.

Kemudian timbullah segolongan Umat yang pada waktu sekarang ini membuat kegiatan dengan pendapat yang aneh dan ganjil, yaitu mengkafirkan orang yang bermazhab dan menyatakan abahawa menigukti Al-Kitab dan As-Sunnah adalah mengikuti yang ma'shum (yang terpelihara dari kesalahan), sedangkan mengikuti Imam-Imam Mazhab Empat beerti mengikuti yang tidak mas'shum . Dengan demikian, wajib bagi semua orang untuk mengikuti yang ma'shum dan menghindari untuk mengikuti ghoer ma'shum (tidak terpelihara dari kesalahan). Demikianlah pendapat mereka.

Padahal setiap manusia yang mempunyai akal sehat pasti mengetahui bahawa seandainya semua orang tahu bagaimana caranya mengikuti yang ma'shum, serta mengetahui cara memahami apa yang dimaksud dari ucapannya, sudah tentu manusia tidak akan terbahagi menjadi dua, yaitu Mujtahid dan Muqallid, dan Allah SWT pun tidak akan berfirman kepadfa golongan kedua :

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu, jika kami tidak mengetahui."

Allah SWT memerintahkan mereka untuk mengikuti Ahli Ilmu, padahal ahli ilmu itu tidak ma'shum, dan tidak memerintahkan mereka kembali kepada lafaz 'Kitab dan Sunnah', padahal keduanya adalah ma'shum.

Memang suatu hal yang sangat memprihatinkan kalau kita terpaksa menjelaskan masalah yang sebenarnya cukup gamblang bagi orang yang berakal. Akan tetapi, golongan Anti Mazhab telah menyebarluaskan buku yang berjudul Apakah Setiap Muslim Wajib Mengikuti Mazhab Tertentu dan Mazhab Empat ? karya tulian Syaikh Muhammad Sulthan Al-Ma'shumi Al-Makki, guru pengajar di masjidil haram, Mekah.

Buku tersebut mengkafirkan orang yang mengikuti salah satu mazhab dari mazhab empat dan menyifati orang-orang yang taqlid kepada imam mujtahid sebagai orang yang tolol, bodoh, dan sesat. Juga dikatakan bahawa orang-orang taqlid itu memecah belah agama sehingga mereka terbahagi menjadi beberapa golongan, dan dikatakan pula mereka itulah yang termasuk orang-orang yang difirmankan Allah SWT :

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah."

Merekalah orang-orang yang rugi amalnya, yaitu orang-orang yang sesat jalannya dalam kehidupan dunia, dan, mereka mengira perbuatannya itu adalah baik.

Buku risalah Al-Khajandi ini disebarluaskan di kalangan umat Islam, baik golongan awam, mahasiswa, mahasiswi, pegawai, dan lain-lainya. Sebahagian besar dari mereka bertanya kepada kami , "Apa yang harus mereka perbuat ?" dan mereka pun menampakkan sikap kebingungannya kepada kami.

Seseorang di antara mereka datang kepada kami dan dengan rasa bangga menyatakan :

"Apakah Anda tidak mengetahui bahawa sesungguhnya ilmu fiqih dan syariat Islam yang Anda ajarkan selama ini dengan susah payah sebenarnya hanyalah buah fikiran dari para imam Mazhab tentang masalah-masalah hukum yang mereka rangkaikan dengan Al-Quran dan As-Sunnah ?"

Sambil berucap demikian, dia menunjukkan kepada kami dalil-dalil yang terdapat pada buku Syaikh Khajandi di atas. Selanjutnya, dia berkata :

"Sudah lama kami ingin mengatakan bahawa Islam tidak lain hanyalah melaksanakan lima rukun yang cukup dikenal. Seorang Arab Badwi pun dalam waktu sekejap sanggup menghafalnya kemudian mengamalkannya, inilah Islam. Akan tetapi, Anda mempunyai anggapan bahawasanya Al-Kitab dan As-Sunnah mengandung hukum pemerintahan, hukum pidana, hukum kenegaraan, dan Islam itu adalah agama dan negara. Semuanya adalah bohong, sebagaimana telah ditegaskan oleh guru besar Masjidil Haram (Mekah) (yakni Al-Khajandi..pent)."

Menghadapi kenyataan yang sangat menyedihkan ini, apa yang harus kami lakukan ? Apakah kami harus berdiam diri untuk memuaskan hati kelompok masyarakat yang menganggap bahawa membahas masalah ini beerti melepaskan tanggungjawab dari persoalan yang lebih penting ? Apakah ada masalah yang lebih penting daripada mengatasi kebingungan masyarakat yang keadaannya telah kami ungkapkan ?

Apakah ada persoalan yang lebih penting daripada menjelaskan bahawa ribuan orang-orang Alim pengikut Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali bukanlah orang-orang kafir dan tersesat , dan juga bukan orang-orang yang bodoh, tolol serta pikun. Akan tetapi, mereka adalah pemuka-pemuka Kaum Muslimin dan kepada merekalah dipulangkan segala keutamaan dalam membela dan mempertahankan benteng syariat islam serta menyampaikan kepada seluruh Umat Islam.

Apakaha ada yang lebih penting daripada memberikan penjelasan tentang penulis buku yang dengan engaja menyebarkan kebohongan kaum Orientalisten, yang dciptakan oleh seorang Orientalis berkebangsaan Jerman, yaitu Schacht yang terkenal sangat benci terhadap Islam bahawa Fiqh Islam adalah undang-undang ciptaan otak manusia yang disandarkan pada AL-Quran dan As-Sunnah. Bahkan, yang juga dipergunakan oleh Syaikh Khajandi dalam awal bukunya, yaitu sesungguhnya kandungan Islam sangat mudah dan sederhana sehingga dalam sekejap sahaja sifahami oleh orang Arab Badawi. kemudia ia pergi dan berkata "Demi Allah, saya tidak akan menambah lebih dari yang tersebut." lalu dari manakah gerangan datangnya hukum Fiqh yang begitu banyak ?

Demikianlah, apakah masih ada yang lebih penting daripada menjelaskan ucapan yang khurafat dan bathil ini ?

Tidak boleh tidak bahawa kami harus menjelaskan semua persoalan ini dan mengungkapnya secara benar. Meskipun demikian, kami tidak akan menyelipkan dalam fasal-fasal risalah kami dengan apa yang telah dilakukan oleh Syaikh Khajandi dalam buku disebarluaskannya, yaitu kata-kata Kafir , sesat, tolo, bodoh, taqli buta, dan semacamnya. Bahkan, kami akan menjelaskan masalah secara proposional dan ilmiah, serta menghindari pembicaraan yang berlebihan dan tidak objektif kerana keduanya adalah pangkal bencana yang menimpa para pambahas sekarang ini mahupun sebelumnya.

Kepada Allah Azza wa Jalla sahajalah kami memohon agar kita semua dikembalikan kepada jalan yang benar dan menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat yang buruk, yaitu fanatik dan tipu daya Syatihan.

Sesungguhnya Allah Maha lembut dan Maha waspada.

Syaikh Prof. Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buti.

Tamat.

Wallahu Yahdi ila sawaissabil...

Selawat dan salam sebanyaknya semoga dilimpahkan Allah SWT ke atas junjungan besar kita Sayyidina Nabi Muhammad SAW. (Ya Allah Tempatkanlah Junjungan kami di tempat yang terpuji sepertimana yang Kau janjikan..Amin) Beserta para sahabat dan Ahlulbayt r.anhum yang sangat kasih mereka itu kepada umat ini.Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tiada Daya Upaya melainkan Allah SWT.,

Dan Allah jua yang memberi petunjuk dan Allah SWT Maha Mengetahui..

Jazakallah Khairan Kathira...(^_^)

Al-Faqir wal Haqir indallah,

No comments:

Post a Comment