Segala puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan empunya sekalian Alam, Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan kita Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah tempatkan baginda di tempat yang terpuji sepertimana yang Kau janjikan Amin) Beserta Ahlulbayt dan Para Sahabat R.anhum yang mulia lagi mengerah keringat menyebarkan Islam yang tercinta. Dan kepada mereka yang mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari kiamat...Ya Allah Ampuni kami, Rahmati Kami, Kasihani Kami ...Amin
Amma Ba'du,
Di berbagai media
Kata jihad dalam Al-Quran diulang sekitar tujuh puluh kali. Kata Jihad berasal dari juhdu atau jahdu. Juhdu beerti mengeluarkan segala kemampuan, dan kekuatan dan jahdu beerti kesungguhan dalam bekerja. Menurut Al-Imam Raqib Al-Isfahani (ahli bahsa Al-Quran), kata jihad di dalam Al-Quran mempunyai tiga erti, yaitu, berjuang melawan musuh yang nyata, berjuang melawan syaitan dan berjuang melawan nafsu.
Di dalam kitab Fathu Al-Qadir jus 4, hal 276.
“Dalam terminology (istilah) fiqh, menurut ulama mazhab Hanafi, jihad adalah dakwah (ajakan) kepada Islam dan perang melawan orang yang tidak menerima dakwah itu, baik dengan harta mahupun jiwa.
Kata Syaikh Wahbah Az-Zuhaily dalam kitabnya Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, juz VIII, hal. 5846.
“Ulama fiqh selain mazhab Hanafi member pengertian yang hamper sama. Ulama Mazhab Syafi’e misalnya, mengertikan jihad dengan “perang melawan orang kafir untuk kemenangan Islam”. Maka jihad dapat dilakukan dengan belajar dan mengajar hukum-hukum Islam serta menyebarkannya, amar ma’ruf nahi munkar, atau dengan harta, dan ikut serta dalam
Al-Imam Badruddin Al-Zarkasyi rah. Berpendapat, kewajipan jihad adalah kewajipan wasilah (untuk mencapai tujuan) bukan tujuan. Kerana yang akan dicapai dalam berjihad adalah hidayah (petunjuk agama Islam)- sedangkan membunuh orang-orang kafir bukanlah tujuan. Oleh kerananya jika tujuan itu dapat dicapai dengan menegakkan dalil (berdiplomasi, menyerukan kebenaran) maka (jalur itu) akan lebih utama). (Tuhfatu Al-Muhtaj juz IX hal. 211)
Di dalam kitab I’anatu Al-Tholibin juz IV hal. 194 tersebut:
Jihad diwajibkan kepada kaum muslimin secara kolektif (fardhu kifayah), artinya diwajibkan kepada semua orang yang dapat berperang, tetapi apabila sudah dilaksanakan oleh sebahagian umat Islam dan musuh dapat dihalau atau kemenangan dapat dicapai, atau terjadi perjanjian damai antara orang kafir dengan orang-orang Islam, kewajipan itu gugur bagi kaum Muslimin yang lain. Kewajipan jihad berlaku pada muslim yang mukallaf (akil baligh), laki-laki, merdeka (bukan hamba sahaya), mampu dan mempunyai persenjataan untuk perang.
Adapun fenomena bom bunuh diri yang akhir-akhir ini juga marak, sama sekali bukan bahagian dari ajaran Islam. Allah s.w.t. berfirman :
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”(Al-Baqarah:195)
Meskipun dalam medan pertempuran melawan orang-ornag kafir, seorang pejuang diperbolehkan melakukan Mubarozah, yaitu tampilnya seorang maju sendiri dalam medan pertempuran dengan segala risikonya, bom bunuh diri jauh dari yang dimaksudkan dengan Mubarozah, sebab Mubarozah berisiko hilangnya nyawa akibat senjata musuh, bukan senjata yang dipicunya sendiri serta dilakukan di tengah-tengah orang yang dilindungi, tidak dalam medan pertempuran melawan orang-orang kafir. (Hasyiah Al-Sirwani bagi Al-Imam Al-Syirwani r.anhu juz IX hal. 245).
Apakah yang dimaksud dengan terrorisme?
Terrorisme adalah penggunaan kekerasan secara sengaja , tidak dapat dibenarkan, dan bersifat acak, demi tujuan-tujuan politik denagn sasaran orang yang dilindungi. Jelas, tindakan terrorisme tidak ada hubungannya sama sekali dengan Islam.
Dalam kenyataannya, sering terdapat kerancuan yang amat besar fenomena kekerasan politik dan terrorisme. Istilah terrorisme berlaku pada kategori tindakan keji tertentu dan tidak pada seluruh tindakan kekerasan yang bersifat politik. Tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan kecuali untuk emmerangi ketidak adilan. Tindakan terrorisme berakibat jatuhnya korban pada orang-orang yang semestinya dilindungi agama. Meskipun dalam jihad (perang dipersutujui oleh agama), terdapat keadaan yang mungkin membawa risiko bagi mereka yang tidak ikut berperang, namun membahayakan mereka yang tidak ikut berperang tidak boleh dilakukan secara sengaja atau berlebihan. Oleh kerana itu trend “terrorisme Islam” secara signifikan memberi gambaran yang keliru terhadap akar keagamaan dari kekerasan yang dilakukan oleh kaum muslimin.
No comments:
Post a Comment