Renungan

Saturday, July 25, 2009

Say NO to Bonceng !!

Segala puji hanya bagi Allah , Tuhan Empunya sekalian alam, Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya malah selain-Nya lah yg berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan kita Sayyidina Muhammad s.a.w. , (Ya Allah Tempatkan junjungan kami di tempat yg terpuji sepertimana yg Kau janjikan..Amin) Beserta para sahabat dan Ahlulbayt yg mulia lagi tinggi makam mereka itu di sisi Allah s.w.t. . Dan mereka yg mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari kiamat. Ya Allah ,Ampuni kami, Rahmati kami, Kasihanilah kami..Amin

Amma Ba'du,

Pertama sekali faqir ingin mengucapkan penghargaan yg setinggi-tingginya kepada Persatuan Mahasiswa Islam UTM (PMIUTM) yg mengambil langkah proaktif menubuhkan jawatankuasa khas berkenaan masalah bonceng yg semakin berleluasa di kalangan mahasiswa UTM. Ini menunjukkan keprihatinan dan rasa tanggungjawab sebagai sebuah persatuan yg berteraskan Islam berkenaan isu ini yg mencapai kemuncaknya dengan kematian seorang mahasiswi di Kolej 9, pada awal semester ini. Faqir menelusuri kes ini dengan agak terperinci , dan apa yg boleh disimpulkan, tidak lain tidak bukan berpunca dari pergaulan bebas yg di antaranya MEMBONCENG ANTARA LELAKI DAN PEREMPUAN YG BUKAN MAHRAM.Semoga Allah s.w.t. mengampuni beliau. Faqir tidak berminat untuk menjelaskan hukum bonceng ini kerana telah MAKLUM SECARA DHARURAH ianya haram. Setiap mahasiswa Islam mengetahui akan perkara ini, bezanya sama ada kita menganggap kesalahan ini kecil atau besar lantas kita memandang ringan akan perkara2 seperti ini.

Sebagai seorang mahasiswa yg diiktiraf mempunyai akal yg cerdik, tidak seharusnya mereka ini melakukan perkara2 yg jelas salah dan lebih teruk lagi tanpa segan silu membonceng sama ada di luar UTM apatah lagi di dalam kampus disaksikan para Ustaz -Ustazah, mahasiswa dan mahasiswi yg lain. Sikap memandang ringan akan maksiat menyebabkan manusia hilang malu untuk melakukannya. Ini jelas sepertimana Sabda Nabi s.a.w. yg lebih kurang maksudnya "Buatlah sesuka hati kamu kalau kamu tidak malu". Sabda Nabi s.a.w. ini merupakan sindiran kepada mereka yg TIDAK TAHU MALU melakukan maksiat apatah lagi di khalayak ramai.
Dan kepada mahasiswa2 yg lain, tidak seharusnya beban dakwah atau kempen Say NO to Bonceng ini hanya ditanggung oleh PMIUTM, ianya merupakan tanggungjawab setiap org Islam di UTM untuk bersama-sama menyokong serta melibatkan diri dalam kempen ini.

Selain daripada Tauhid dan Fiqh , junjungan kekasih kita Sayyidina Muhammad s.a.w. turut diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yg baik, maka umat Islam hari ini perlu menulusuri perjalanan hidup Nabi Muhammad s.a.w. , bagaimana akhlak, perilaku, tutur kata dan budi bicara Nabi s.a.w. sepanjang kehidupan Nabi s.a.w. yg penuh dengan pengajaran dan hikmah.
Maka apabila Umat Islam hari ini mencontohi akhlak Nabi s.a.w. , maka gejala2 sosial seperti ini tidak akan terjadi atau terlalu sedikit.

Sebagai mahasiswa, saudara merupakan harapan Umat Islam , cahaya masa depan Umat ISlam, penegak bendera kemenangan Umat ISlam, peneraju kepada kemajuan dan keagungan Umat Islam pada masa hadapan, alangkah sedihnya sekiranya gejala2 seperti ini merosakkan masa depan saudara, Hedonisme melalaikan saudara dengan tanggungjawab agama dan ilmu di UTM, dan bersikap mendiamkan diri serta redha apabila melihat kemungkaran di depan mata. Sudah pasti Islam tidak akan tertegak dan maju dengan cara sebegini, maka Umat Islam hari ini khususnya mahasiswa perlu membentuk jati diri yg teguh, tidak mudah terpengaruh dengan budaya yg tidak sihat, membentuk serta mengingat kembali apa tujuan hidup dan tujuan berada di UTM ini supaya sentiasa jelas visi, misi serta objektif kita sebagai hamba Allah, Umat Nabi Muhammad s.a.w. iaitu di dalam kehidupan ini, adalah untuk mencari keredhaan Allah s.w.t. dan dalam masa yg sama tujuan berada di UTM untuk menuntut Ilmu, belajar bersungguh-sungguh dan mencapai keputusan yg cemerlang, membanggakan ibu bapa yg berpenat lelah malah menggadaikan , waktu, wang dan harta semata-mata ingin melihat anak mereka yg tercinta berjaya di dalam hidup.. Ingatlah kecintaan Allah s.w.t kepada kita, Ingatlah bahawa Nabi Muhammad s.a.w. di saat nak wafat masih menyebut kita Ummati,Ummati,Ummati., Ingatlah kesayangan ibu dan bapa kita. Apabila umat Islam merenungi perkara ini, sudah pasti akan lahir perasaan yg sgt malu untuk melakukan maksiat seperti membonceng dengan bukan mahram, dan seterusnya mereka pula menjadi nadi,penggerak kepada Umat Islam yg lain dalam membanteras gejala2 sosial yg semakin meruncing dewasa ini.

Ya Allah , Rahmati kami, Kasihani kami, Ampunilah kami...Dan sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, berubahlah, jangan putus asa dari rahmat Allah s.w.t.

Selawat dan salam moga dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan besar dan kekasih-Nya Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah Tempatkan junjungan kami di tempat yg terpuji sepertimana yg Kau janjikan..Amin)Baserta Ahlulbayt dan para sahabat yg sgt mengasihi merka itu akan umat Nabi s.a.w.

Dan kepada Allah s.w.t. jua kita dikembalikan, Dan Allah s.w.t. Maha Mengetahui, Segala puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan Empunya sekalian alam.

Jazakallah Khairan Kathira..(^_^)

Al-Faqir wal Haqir Ilallah,
Salim Azham(MSA)

P/S Tak pandailah nak ejas size gambar Say NO to Bonceng.Tak dapat letak gambar. ada sesaper boleh ajarkan?..Jazakallah

2 comments:

  1. HUKUM NAIK OJEK

    Bagaimana hukum syara’nya orang yang membonceng wanita bukan mahramnya di atas kendaraan yang sama (ojek), dimana pekerjaan itu memang telah menjadi profesinya untuk mencari nafkah?

    Jika kendaraan tersebut di atasnya menggunakan, seperti pelana (semacam tempat duduk tersendiri, dengan pegangannya), atau yang sejenis, dimana kalau wanita tersebut naik di belakangnya, dia tidak akan menyentuh pemboncengnya, dan rute perjalanannya di dalam kota, dengan kata lain tidak melintasi kawasan terpencil, maka hukumnya boleh jika memenuhi dua syarat ini: (1) wanita tersebut naik di belakangnya, sementara dia tidak menyentuh pemboncengnya, dan (2) tidak membawanya, kecuali pada rute dimana mata orang bisa memandanginya. Alasannya, karena Rasulullah saw. pernah membawa Asma’ ra. (adik ipar Nabi) di Madinah, tatkala dia memikul beban yang berat di atas kepalanya. Maka, Rasulullah saw. hendak merundukkan untanya agar bisa dinaiki Asma’, namun Asma’ lebih suka melanjutkan perjalanannya, dengan tidak menaiki (unta Nabi). Sudah lazim diketahui, bahwa di atas unta itu ada punuk, dimana yang pertama bisa dinaiki oleh seseorang, setelah itu berikutnya bisa dinaiki di belakangnya, sementara orang yang kedua tidak harus menyentuh orang yang pertama. Punuk tadi ada di antara kedua orang tersebut. Orang yang kedua pun bisa memegang punuk tadi, sesuka hatinya. Dengan kata lain, unta itu merupakan kendaraan yang memungkinkan untuk dinaiki dua orang, dimana satu sama lain tidak harus saling berpegangan.
    Al-Bukhari telah mengeluarkan dari Asma’ bint Abi Bakar berkata:

    وَكُنْتُ أَنْقُلُ النَّوَى مِنْ أَرْضِ الزُّبَيْرِ الَّتِيْ أَقْطَعَهُ رَسُوْلُ اللهِ  عَلَى رَأْسِيْ … إِلَى أَنْ تَقُوْلَ “ثُمَّ قَالَ الرَّسُوْلُ  إِخْ إِخْ لَيَحْمِلْنِي خَلْفَهُ فَاسْتَحْيَيْتُ …”.

    Saya pernah membawa benih dari tanah az-Zubair (suami saya), yang telah diberikan oleh Rasulullah saw., dipanggul di atas kepala saya… sampai pernyataan beliau: Kemudian, Rasulullah saw. berkata: Ikh, ikh agar beliau bisa membonceng saya di belakangnya, tetapi saya merasa malu..

    Ikh, ikh maksudnya, beliau ingin merundukkan untanya (supaya bisa dinaiki Asma’ di belakangnya).
    Karena itu, jika bagian punggung kendaraan tersebut memang siap untuk dinaiki dua orang, tanpa harus bersentuhan satu sama lain, sementara rute perjalanannya bukan di kawasan sepi (terpencil), maka hal itu boleh (mubah). Tetapi, jika tidak (memenuhi dua syarat tersebut), maka tidak boleh (haram). Dari pertanyaan Anda, bisa ditarik kesimpulan, bahwa kendaraan (yang dimaksud, yaitu ojek), yang Anda tannyakan, tentang naiknya wanita di atasnya, dibelakang lelaki (bukan mahram) tersebut jelas tidak demikian. Artinya, di atas punggungnya tidak ada sesuatu yang bisa dinaiki dua orang, sementara satu sama lain tidak saling menyentuh. Karena itu, dalam konteks seperti ini hukumnya tidak boleh (haram). Namun, kalau orang-orang itu ingin membonceng di belakangnya, hendaknya membonceng kaum pria saja, atau membawa kaum wanita tersebut dengan mengendarai kendaraan (seperti motor tossa yang di belakangnya ada gerobak pengangkut, atau becak Aceh), sementara pria pengendaranya membawa mereka. Bukan dengan wanita tersebut naik di belakangnya (ojek), dan memegangi (tubuh pengemudi)-nya, maka ini hukumnya tidak boleh (haram).

    ReplyDelete
  2. Salam, semoga Allah s.w.t. membalas saudara dengan kebaikan, adapun artikel saudara ini tidak lain tidak bukan menjurus juga kepada pengharaman bonceng antara mahram , cumanya di sini Al-Fadhil Ustaz mengkhususkan kepada keadaan2 tertentu yg membolehkan seperti katanya "Jika kendaraan tersebut di atasnya menggunakan, seperti pelana (semacam tempat duduk tersendiri, dengan pegangannya), atau yang sejenis, dimana kalau wanita tersebut naik di belakangnya, dia tidak akan menyentuh pemboncengnya, dan rute perjalanannya di dalam kota, dengan kata lain tidak melintasi kawasan terpencil, maka hukumnya boleh jika memenuhi dua syarat ini: (1) wanita tersebut naik di belakangnya, sementara dia tidak menyentuh pemboncengnya, dan (2) tidak membawanya, kecuali pada rute dimana mata orang bisa memandanginya."

    Jelas Al-Fadhil Ustaz menyenaraikan dua syarat yg mesti dipenuhi, adapun realiti dan keadaan di UTM adalah sgt berbeza seperti keadaan yg dijelaskan Al-Fadhil Ustaz. Ini kerana motorsikal yg digunakan pelajar jelas akan menyebabkan perempuan yg bukan mahram akan menyentuh penunggangnya apabila membonceng. Dan syarat kedua tidak milntasi tempat2 terpencil dan sunyi. Adapun di UTM , pada malam hari ramai yg membonceng dlm keadaan jalan yg sunyi dan sepi. Saudara dalami lah dahulu kata2 Al-Fadhil Ustaz terlebih dahulu sebelum membuat apa-apa komentar. Adapun artikel yg saudara paste kan ini telah ana baca sebelum ini, jelas beliau mengatakan haram sekiranya tidak memenuhi dua syarat yg telah disebutkan.

    Saudara mencari-cari pendapat yg mengatakan boleh membonceng, padahal sauadara telah mengetahui realiti bonceng bukan mahram di UTM bagaimana, iaitu dgn pertempelan antara laki pmpuan di atas moto, persentuhan yg sgt jelas boleh membawa kepada syahwat.

    Firman Allah s.w.t. "Dan jgn kamu dekati zina"

    Bukan saja zina diharamkan, apa-apa yg boleh mendekati zina turut diharamkan, dan bonceng bukan mahram yg mengakibatkan pertempelan, persentuhan, dan perpelukan adalah perkara yg jelas boleh membawa kepada zina.

    Dan jika dipandang pada akhlak masyarakat Melayu Malaysia yg ikaya dengan budi pekerti dan akhlak yg mulia, adalah sesuatu yg tidak manis dipandang dan tidak elok membonceng bukan mahram, membawa anak dara orang ke sana-sini. Maka, selain daripada bonceng seperti ini haram di sisi syarak, malah ianya juga melanggar norma-norma masyarakat Melayu Islam Malaysia.

    Cukup sekadar ini bagi mereka yg diterangkan Allah s.w.t. mata hatinya, adapun mereka yg tidak abis2 mempersoalkan perkara yg jelas ini tidak lain kerana ingin mencari cari keringanan supaya sesuai dengan hawa nafsu mereka. Semoga Allah s.w.t. melindungi saudara dan ana serta kaum Muslimin sekalian dari bersikap mengambil agama mengikut hawa nafsu.

    Salam Ukhwah dari ana, apa2 yg tersilap jgn dibentak, dicaci diri ini, tegurlah, nasihatlah dengan baik, semoga Allah s.w.t. membalas dengan kebaikan pada sesiapa yg memperbaiki diri ana yg faqir wal haqir Ilallah ini.

    Selawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad s.a.w. beserta Ahlulbayt dan para sahabat r.anhum yg mulia lagi tinggi makam mereka di sisi Allah s.w.t.

    Dan Allah s.w.t. Maha Mengetahui lagi segala pujian hanya bagi Allah s.w.t.

    Assalamualaikum (^_^)

    ReplyDelete